Sendu, dan tertumpah dalam endapan kopi yg kita minum. Kata manalagi yang pantas selain rindu?
Bukan salahmu, dia, atau mereka.
Ini salah kata,
yang sempat tersembul dari bibir manismu.
Ini salah bidak-bidak catur yang berjajar
berbaris menerjang sukmaku
Aku takut
Aku takut
berbalik dan pergi
tanpa berani menulis namamu dalam
doa (lagi)
Dan kala kata itu menimbulkan
baret
Luka dalam hati yg terseret
Arus egoisme akan sebuah harapan jawaban kian mengaret
Sungguh, pret!
Atau hanya sepotong foto yg kaupajang di
layar ponselmu?
Hah.
Aku tak mengira kau semelankolis itu.
Atau hanya perasaan sesaat?
Praduga?
Untukmu yang,
tendensius padanya.
Bagaimana jika kau seorang pendusta?
#latepost
Selasa, 23 Juni 2015
Langganan:
Postingan (Atom)