Jumat, 26 April 2013

Menyedihkan


27 April 2013 05:31
Menyedihkan.
Itulah gambaranku sekarang. Rambut awut-awutan, pikiran tak terkondisikan, tak bisa tertawa, paling pol satu-satunya ungkapan yang kulakukan hanya menangis.Kayak anak kecilsaja. Semakin repot saat kacamataku keselip, bingung harus menutupi dengan apa. Seperti kucing kecil dengan telinga tertelungkup, dan kumis lesu disamping mulutnya.

Menyedihkan. Saya menyerah akan keadaan. Ya, give up. Tak seharusnya saya melakukan ini. Tak seharusnya pula saya memilih mundur dan bungkam atas kejenuhan saya. Merekapun sepertinya juga mulai bosan menunggu saya bicara. Mereka. Orang-orang sekelilingku. Bertanya ada apa denganku.  Entah karena peduli, atau sekedar ingin tahu.

Sejak kapan kamu menangis? Kata paling menyedihkan dan sangat naif. 
Saya tidak bias tertawa. Haha. Tertawanya juga tanpa rasa. Bukan stroberi atau coklat yang kumaksudkan disini, ya memang tertawa saya tanpa rasa. Seperti agar-agar tanpa rasa (plain). Wes ga kuat, ga enek rasane maneh. Opo enak e? Terkadang saya juga mikir mungkin agar-agar itu hanya perlu diberi campuran rasa. Rasa asam, manis, asin pun tak apa. Yang penting berasa. Sukur-sukur ada yang mencoba memberinya rasa coklat. Rasa paling menyenangkan dan manis sedunia. J
Saya juga tidak bisa menyalahkan siapapun. Ya karena memang tidak ada yang perlu disalahkan. Mungkin terlalu jenuh juga belajar tersenyum dan ngakak selagi hati sedang menangis. Sudah terbiasa. Sudah tidak bisa dibedakan mana itu menangis dan mana yang tersenyum.
Aku sendiri rindu dengan laily yang dulu. Bebas tertawa, suka ngomel kaya ibu-ibu, terkadang karena hal ga penting seperti ada yang membuang abu rokoknya ke dalam gelas kemasan berisi air. Rindu dengan laily yang perhatian, ”sudahmakan?” adalah frasa yang sering kuucapkan. Lalu saya masak dan berasin-asin ria dikosan, lalu membawanya ke kampus untuk dimakan bareng-bareng. Ada yang bilang tumis jamur dan tumis tempe kacang buatanku enak. Hehe (mencoba tertawa lagi). Ada juga yang memilih oseng kubisku. Hehe (lagi). Soalnya saat itu saya hanya bisa masak oseng-oseng kubis dengan bumbu cinta. Haha

Sekarang? Mungkin juga bosan untuk sekedar mengingatkan seseorang. Ujung-ujungnya jugaditanya,” Kenapa kamu ga ngomong?”dan berbagai frasa pemotongan lain yang mengharuskan saya diam untuk mendengarkan mereka, bukan mereka yang mendengarkan saya. Cenderung menyalahkan daripada sekedar memilih untuk introspeksi. Hah. Sinis sekali saya harus meminta mereka untuk sedikit mendengarkan saya. Jahat. Saya tidak peduli dengan apapun. Atau mungkin saya hanya tidak menyadari kalau sesungguhnya saya sangat peduli dengan ini? Ya, semua berawal dari diri sendiri. Kau bisa jatuh, manakala kau sendiri yang berpikir untuk jatuh. Kau bisa menyerah, saat kau sendiri yang menyatakan diri lemah.
Ijinkan saya untuk berkata bijak pagi ini.
  
Kamu itu sudah besar Lel. Masa kaya gini aja nangis. Cengeng. Manja banget jadi orang. Kamu bisa belajar dari ini, bukan malah melarikan diri. Ada yang berteriak dari bilik hati yang satunya.(Masa ini kata-kata bijak sih? -_-)

…dan janganlah kamu merasa lemah. Karena Tuhan sudah memberikan sebesar-besarnya kekuatan padamu.

Lalu seorang laily pun menghilang, seperti kupu-kupu bersayap tipis menuju matahari siang yang siap membakarnya.

PS: Mungkin diluar sana ada yang cekakak-cekikik “Ternyata kamu tidak bisa berkembang lebih dari saya,” sambil ketawa setan.


3 komentar:

  1. memahami/perhatian (terima kasih) dan tidak dipahami/diperhatikan (maaf)

    BalasHapus
  2. saya tdak mengerti maksudmu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena kamu sudah memahami dan perhatian, ku ucapkan terima kasih
      karena kamu tidak dipahami dan diperhatikan, ku ucapkan maaf

      Hapus