Minggu, 28 April 2013

Sebaris cerita untuk Nophie-ku


Sabtu, 20 April 2013 14:51

Langit cerah, tak seperti kemarin. Jika berhari-hari sepetak tanah di bumi Banyuwangi ini diguyur hujan, kali ini langit membolehkanku berteduh dibawah awannya. Iyup. Aku sengaja pergi ke rumahmu untuk mencari Bila, adik sepupumu. Aku kangen, sekaligus bermaksud menyambung tali silaturahmi. Sekitar pukul 11-an aku ke rumahmu dek. Seperti biasa, rumah itu sepi. Seperti dulu saat pertama kali aku ke rumah ini. Kuucap salam, tak ada yang menyahut. Kupanggil nama Bila, tak ada suara. Aku pergi ke rumah sebelah,hanya beberapa meter dari beranda, rumahmu. Ketemukan Pak lik sedang membenarkan alat pancingnya. Dahinya berkerut. Kurasa ia tak mengenaliku. Aku memang sudah lama tak kesini. Mungkin sudah 2 tahun. “Pak, Bila ada?,”tanyaku.
Dulan paling. (sedang maen mungkin),”sahutnya tak lepas perhatian dari pancingyang dipegangnya.
Ibuk pundi? (ibu mana)
Nang sawah nduk. (di sawah nduk),” Pak lik berjalan ke beranda, dekat ranjang bambu tempat leyeh-leyeh.
“Nophi?
Nopi wes ga enek  (Nophi sudah tidak ada)
Samar-samar aku mendengar Nopi sudah tidak ada. Aku berharap salah dengar. Tapi tidak dengan  temanku. “Ha? Nopi ga ono?,”tanyanya. Aku mengangkat bahu. Dalam pikirku berharap dia sedang bersama keluarganya yang lain dan tinggal di tempat lain. Pindah. Aku tidak mau berpikiran macam-macam. Tapi tidak dengan otakku yang memilih untuk menampilkan memori saat kau di rumah sakit akhir tahun lalu. Batinku cemas. Pak Lik masih tenang di beranda depan rumahnya. Aku menghampiri dan menyalaminya.
Pak Lik supe nggeh? Niki Lail.(Paman lupa ya? Ini Lail)
“Oalah, lail to. Lha ga tau mrene. (lha tidak pernah kesini). Nophi ewes ga ada Nduk. Ga ngerti to?. Aku diam. Tidak tahu harus berkata apa.
Wes suwe, tanggal 12 Desember tahun 2012.. waktu itu malam kamis......(bla bla)....”cerita pak Lik mengalir. Aku tak mendengarkan lanjutan ceritanya. Pikiranku sibuk memikirkan semua kenangan tentangmu dan bagaimana cara agar aku tidak menangis. Aku kalut. Sungguh kalut. Tapi aku berhasil untuk tidak menangis didepan paman. Pak lik bercerita banyak tentangmu. Sayang aku tidak sanggup merekam semuanya. Aku masih berusaha menjadi seorang pendengar yang baik, meski aku gelisah sekali. Tanganku berkeringat,aku tidak tenang. Yang kutahu penyakit jantung yang menyebabkan kamu pergi. Komplikasi. Sejak lahir sakit jantung selalu menggerogotimu, lalu saat tahu obat yang kau minum adalah obat dosis tinggi, ternyata penyakit itu sudah merembet ke organmu yang lain, seperti paru-paru dan livermu. Aku bertambah kalut. Sesekali menggigit bibir, dan meremas tanganku sendiri. Aku benar-benar tidak tahu tentang ini. Maafkan aku. Maafkan aku Phi.

Lahir, tua, sakit, dan mati. Penderitaan murni yang selalu manusia rasakan. Kau melewati satu tahap,sayang. Tua. Kau curang. Kau curang sekali. Kau melewati satu kata itu. Gadis berumur 17 tahun harus menghilang tanpa harus pamit dulu padaku. Tidakkah kau merasa bersalah?
Maafkan aku. Aku bukan kakak yang baik. Aku tahu kita tidak ada hubungan darah. Tapi kau berati bagiku. Setidaknya kau adalah salah satu orang yang mampu membuatku tersenyum. Tersenyum dalam arti yang sebenar-benarnya. Kau tidak pernah membuatku sedih. Sekalipun.  Kau selalu menjaga Bila dengan baik. Menjaga tawa dan tangisnya. Mendampinginya saat dia tertawa, saat dia menangis, aku masih ingat kalian suka minum es bareng. Kau suka sekali nyemil, dia juga. Kau juga sering mengingatkan Bila saat dia terlalu manja padaku. Sesekali kau tersenyum malu. Kau juga beberapa kali meneleponku untuk sekedar menggodaku dengan kakakmu, dulu. Kau ttidak pernah gendut, Phi. Kau kurus sekali. Kau selalu bilang,”Lha manganku wes akeh lo mbak..,”sambil terkekeh, saat aku memaksamu untuk makan banyak.
Aku tahu aku bukan orang yang punya banyak kenangan tentangmu. Aku datang untuk mendengarkan ceritamu lagi. Cerita tentang pacarmu yang banyak, candamu padaku, tapi kau benar-benar tidak ada, Phi. Kau tidak ada. Kau tidak menyambutku kali ini. Bukan saat ini saja aku tidak akan menemukanmu disini. Tapi selamanya aku tidak akan menemukanmu dimanapun. Tahukah kau?
Kau pergi begitu cepat. Kita memang tidak punya cerita se-kompleks kisahmu dengan Bila, ataupun dengan teman-temanmu di sekolah. Tapi bagiku, kau malaikat kecil yang membantuku tersenyum. Masih kuingat saat kau malu saat bertemu denganku. Bagiku, kau tetap adikku. Dimanapun kau sekarang. Aku masih berharap aku bisa datang ke makammu kapanpun itu. Aku ingin kau baik-baik saja disana dek. Jangan takut disana. J
Dada Phi, kita akan berjumpa lagi. Mungkin nanti. Saat Tuhan mengizinkan.
Kutitipkan kau pada Tuhanku. Dia takkan membuatmu kesepian disana.

Salam sayang
Mbak Laily :*

1 komentar: